Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Etika Nabi Musa Ke Nabi Khidzir Dalam Tafsir Al-Kahfi Ayat 60-82

tafsir tentang adab menuntut ilmu dalam surat al kahfi Adab Nabi Musa ke Nabi Khidzir dalam Tafsir Al-Kahfi Ayat 60-82
Ilustrasi wacana Adab Menuntut Ilmu dalam Tafsir Al-Kahfi: 60-82. Foto: istimewa.


Oleh Nuzila Addina Fahma


Dutaislam.com - Al-Qur’an ialah kitab suci umat Islam yang berisi aliran hidup yang didalamnya terdapat kisah-kisah yang menjadi tumpuan untuk menyelesaikan urusan umat. Kisah-cerita yang dimaksud tersebut umumdisebut juga dengan istilah Qashash Al-Qur'an. 


Hampir dua pertiga isi al-Qur’an berisi wacana dongeng-dongeng dan sisanya berisi tentang hukum syariat, ibadah, dan lain-lain. Kisah dalam Al-Qur'an yakni cerita yang baik dan mampu mengembangkan keimanan serta ketakwaan umat Islam. 


Cara yang dipakai dalam memberikan pesan dan kandungan yang ada di dalam al-Qur’an yaitu dengan menyampaikannya lewat cerita-dongeng. Metode ini juga sering digunakan dalam dunia pendidikan. Pendidikan abjad mampu dijalankan dengan sistem memberikan cerita. Karena dengan tata cara tersebut, seorang pelajar mampu menangkap pesan tanpa adanya perintah yang serius. Tujuan dari cerita atau qashash Al-Qur'an ini yakni untuk menanamkan makna atau pesan sehingga mampu menghasilkan perilaku yang baik. 


Dalam dunia pendidikan ketika ini, banyak masalah murid yang kurang bimbing pada gurunya. Ada yang menjatuhkan gurunya dan ada pula yang tidak menghargai gurunya. Bentuk ketidakmenghargai kepada guru mampu melalui ucapan maupun tindakan secara fisik. Definisi setiap orang kepada penghormatan kepada  guru pun berbeda. Sekarang ini banyak kritik-kritik tentang pendidikan dan juga tentang etika murid kepada gurunya.


Untuk konteks yang sedang kita diskusikan ini yaitu tentang etika murid kepada guru sesuai dengan al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 60-82. Dalam ayat tersebut mengisahkan cerita Nabi Musa dan Nabi Khidir. Kisah tersebut sesuai dengan budbahasa murid terhadap gurunya, sehingga bisa kita ambil pembelajaran di dalamnya. Baca: Flahsidk Kitab Makna Pesantren 32 GB


Sebelum Nabi Musa mencar ilmu terhadap Nabi Khidir diketahui bahwa Nabi Musa merencanakan beberapa hal, ialah pembawaan bekal yang cukup untuk menemui Nabi Khidir, mempersiapkan kondisik fisik yang bagus, dan menyiapkan mental serta emosial. Terlihat pula di dikala Nabi Musa meminta ijin untuk menjadi murid dari Nabi Khidir, beliau memakai kata "bolehkah?". Ini memperlihatkan santunnya adat Nabi Musa.


Diceritakan pula bahwa Nabi Khidir menolak Nabi Musa sebagai muridnya, namun Nabi Musa tidak frustasi dan tetap sabar sampai Nabi Khidir mendapatkannya sebagai murid dan berguru kepadanya. Kesiapan mental juga diunjukkan oleh Nabi Musa mulai dari sebelum beliau berguru maupun saat berguru. Nabi Musa mendapatkan peraturan yang diberikan Nabi Khidir kepadanya.


Dalam dongeng yang ada di dalam surat al-Kahfi menunjukkan beberapa hal yang dijalankan Nabi Khidir menyimpang dari syariat. Hal itu adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu milik orang miskin, membunuh pemuda (anak kecil), dan menegakkan dinding rumah anak yatim yang roboh tanpa meminta imbalan. Nabi Musa heran menyaksikan apa yang sudah dijalankan Nabi Khidir, dan selalu menegur akan hal itu. Ternyata Nabi Khidir menawarkan pelajaran dengan melakukan hal-hal yang tampaknya berlawanan dalam masyarakat. 


Maksud atau pesan yang ingin disampaikan Nabi Khidir dalm surat al-Kahfi ayat 60-82 adalah bahwa dalam menganggap sesuatu harus menyaksikan dengan seksama, tidak tergesa-gesa menyimpulkan sesuatu. Serta tidak mudah berpikir negatif. Banyak nasihat yang terjadi dalam kejadian-insiden yang di alami Nabi Musa ketika itu. Semuanya itu memiliki makna yang mampu diambil pelajaran bagi Nabi Musa.


Terbukti pada ayat setelahnya diterangkan bahwa bahtera yang dirusak oleh Nabi Khidir itu dikarenakan bahtera tersebut yakni perahu milik Bani Israil yang bisa saja dirampas oleh raja/lawan yang ada di depannya. Nabi Khidir berniat supaya Nabi Musa mampu lebih cermat dan memperhatikan bahtera milik kaumnya. Hal tersebut biar Nabi Musa bisa mempertahankan eksistensi kaumnya.


Peristiwa lain yakni Nabi Khidir membunuh perjaka. Hal tersebut dikarenakan pemuda tersebut bisa menjerumuskan kedua orang tuaya ke dalam kesesatan. Dalam kisah lain juga dijelaskan bahwa perjaka tersebut ialah simbol ancaman bagi Bani Israil. Dan Nabi Musa harus waspada terhadap pengkhianatan yang mampu saja terjadi. Nabi Khidir mengajarkan pada Nabi Musa bahwa mesti bisa mendeteksi benih-benih yang merusak kaumnya.


Terdapat pula kejadian Nabi Khidir membangun rumah anak yatim tanpa diberi imbalan. Dan kehadiran Nabi Musa dan Nabi Khidir di desa itu tidak disambut dengan baik. Hal tersebut dikerjakan  sebab di bawah rumah itu tersimpan harta biar mampu dimanfaatkan oleh kedua anak yatim di lalu hari. Ada pula yang menyampaikan bahwa Nabi Khidir mengajarkan pada Nabi Musa bahwa sebagai pemimpin harus rendah hati dan bisa untuk menjaga kaumnya dari keruntuhan. 


Dari dongeng tersebut selaku murid, Nabi Musa menawarkan perilaku semangat belajar. Kesabaran juga terdapat dalam kisah tersebut, jika saja Nabi Musa bisa lebih tabah akan ada lebih banyak insiden yang mempunyai nasihat di dalamnya. Nabi Musa juga menepati janjinya, hal ini tercantum dalam ayat ke 76. 


قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَىْءٍۭ بَعْدَهَا فَلَا تُصَٰحِبْنِى ۖ قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّى عُذْرًا


Terjemah: 

"Musa berkata: "Jika saya mengajukan pertanyaan kepadamu wacana sesuatu setelah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, bahwasanya kamu sudah cukup menunjukkan uzur padaku". (QS. Al-Kahfi: 76)


Nabi Musa juga siap untuk menerima eksekusi atas sikapnya.  Itu menunjukkan kepatuhannya kepada guru. Dan yang terakhir yaitu Nabi Khidir mau memaafkan kesalahan yang dilakukan Nabi Musa.

 

Evaluasi diri sebagai murid tercemin dari cerita Nabi Musa ketika berguru pada Nabi Khidir. Hal ini memang penting untuk dijalankan. Sebagai murid jika ingin maju mesti sering melakukan evaluasi diri. Tidak cuma itu, mendapatkan kesalahan juga bentuk menghargai guru dan melatih  diri semoga mencari ilmu dengan lapang dada. 


Mengapa adat diharapkan dan menjadi hal yang sungguh penting dari dunia pendidikan? Hal itu dikarenakan kalau orang semakin tinggi ilmunya, maka akan tercermin dari adabnya. Sesuai dengan ungkapan "Padi makin berisi, makin merunduk". Dalam pembelajaran pun akan bisa berlangsung dengan baik dan sukses bila seorang murid taat dan patuh terhadap gurunya. [dutaislam.com/ab]


Nuzila Addina Fahma, mahaiswa UIN Sunan Ampel Surabaya asal Jombang


Post a Comment for "Etika Nabi Musa Ke Nabi Khidzir Dalam Tafsir Al-Kahfi Ayat 60-82"